silahkan latihan bisnis

SentraClix DbClix

Pages

Senin, 31 Januari 2011

UPACARA ADAT


Di Jawa khususnya di daerah sekitar eks karisidenan Surakarta sampai sekarang masih ada upacara adat yang sering dilaksanakan. Upacara adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.

Pengkategorian upacara adat dapat dilihat sebagai berikut:

1. Upacara adat yang berhubungan dengan manusia

Jika diurutkan dari kelahiran sampai meninggal. Upacara adat dapat dikelompokkan sebagai berikut: Ketika masih hamil contoh bentuk upacara adatnya adalah ngupat, ngliman, mitoni atau tingkeban. Menjelang melahirkan biasanya ada mendhem ari-ari, brokohan, sepasaran, aqeqah, puputan atau dhautan, dan selapanan. Ketika sudah tumbuh menjadi anak-anak, masyarakat juga sering menyelenggarakan upacara adat seperti tedhak siten, tingalan, dan nyapih. Untuk anak laki-laki yang lajang biasanya di khitan, tarapan, pangur. Upacara adat untuk kaum perjaka dan perawan yaitu pernikahan (pengantenan). Upacara adat yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang, misalnya: Surtanah utawa bedhah bumi, Nelung dina, Mitung dina, Matang puluh, Nyatus, Pendhak pisan, Pendhak pindho, dan Nyewu.

2. Upacara adat yang ada hubungannya dengan alam

Biasanya berkaitan dengan kepercayaan tertentu mengenai tempat hidup warga setempat. Misalnya: sedekah bumi, bersih desa, tolak balakan dan sebagainya.

3. Upacara adat yang ada hubungannya dengan agama/Kepercayaan

Misalnya untuk memeringati kematian (khaul), bersih makam (nyadran), dan sebagainya.

4. Yang termasuk dalam kategori upacara adat yang lain contohnya adalah ruwatan dan munggah wuwungan.

Penjelasan di atas merupakan pengkategorian bentuk upacara adat yang menjadi landasan penelitian pada umumnya.

0 komentar:

Posting Komentar